Rabu, 31 Agustus 2016

CERPEN :: ILALANG DAN BUNGA DANDELION



ILALANG DAN DARDELION
Senja hari ini begitu indah, semilir angin begitu merdu diikuti tarian lembut sang ilalang dan bunga dardelion bertebangan dengan indahnya diudara. Ku tulis cerita hidup ku pada lembaran kosong yang semakin lama semakin berisi. Ini kisah ku.
Aku syahcha, panggilan ku acha. Gadis 17 tahun yang baru mengenal apa itu cinta. Aku tidak cantik, tidaklah manis, tidak jelek juga, aku biasa-biasa aja. Tinggi ku 160cm. Berat badan ku 55kg keataslah. Aku gak kurus, dan tidak terlalu gemuk intinya, aku biasa-biasa saja. Aku baru saja kelas 11 SMA. Kertas putih ku kini telah menjadi berwarna. Beberapa saat kemudian, kertas berwarna ku telah berubah menjadi kelabu. Ntah untuk sementara, atau selamanya. Aku tidak tau?
Ku genggam sebuah pulpen dan buku kosong, yang menemani hari-hari ku disaat sepi. Duduk di sebuah padang yang ditumbuhi oleh ilalang dan dardelion. Fiuhhh angin bertiup. Ilalang menari dengan indahnya, sedangkan dadelion berhamburan di langit mengikut arah perginya angin. Terkadang aku ingin menjadi seperti ilalang. Mengapa?  Ilalang adalah hamparan yang selalu tumbuh. Akarnya bergerilya di dalam tanah, membentuk jalinan yang kuat, memunculkan harapan baru di setiap tempat beribu alamat. Dari tanah hingga sela bebatuan, dari hutan sampai celah peradaban. Ia tumbuh dalam segala cuaca, bertahan dari keganasan alam. Kerimbunan ilalang memendam sebuah semangat hidup. Batangnya meliuk liuk ketika hempasan angin mendera. Coba kalian lihat jika Ilalang yang sedang tertiup angin, sekeras apa pun angin yang menerpanya, sesegera mungkin dia berusaha untuk tegak kembali setelah tiupan anginnya berhenti. Sekarang, ibaratkan ilalang itu adalah pribadi seseorang dan angin adalah problematika kehidupan. Seberat dan sekeras apa pun cobaan, masalah, musibah yang berdiri dan selalu teguh, tidak patah arang dalam menjalani kehidupan.
Dalam problem percintaan aku biasanya menggunakan filosofi ilalang. Karena, Ketika kita mencintai seseorang, belajarlah mencintai seseorang itu seperti Ilalang yang mencintai angin. Ilalang adalah rumput liar yang kokoh dan kuat, ia dapat bertahan hidup ditempat yang gersang. Ilalang adalah rumput yang selalu merindukan angin. ia selalu berdiri kokoh menunggu angin menerpanya, tapi ketika angin datang dan berhembus dengan kencang padanya hingga ia meliuk-liuk dan menundukkan tangkai bunganya ke tanah, tapi ia tetap kokoh tak pernah roboh. Ia rela si angin menerpaanya kencang, tapi ia tetap setia pada angin. ketika angin pergi meninggalkannya ia berdiri lagi, melihat dan mengagumi angin yang terus berhembus menjauh pergi.
Ia tak pernah lelah meskipun kerap kali angin membuatnya merundukkan tangkainya. Cintanya kepada angin membuatnya selalu bisa bertahan meskipun ia tak mampu menahan tangkainya ketika angin datang. ia hanya bisa tersipu malu dan menunduk. Ilalang adalah rumput yang penuh ketegaran, tetapi jika engkau bersama ilalang, ingatlah, bahwa Ilalang berdaun tajam bertepi sangat kasar dan bergerigi tajam. jadi janganlah engkau membelainya dari ujung ke pangkalnya, agar tak terluka karena daunnya yang tajam. janganlah melihat masa lalunya, tapi jalanilah yang ada dengan apa adanya. Sebab masa lalu hanyalah sekedar masa lalu, semua orang pasti punya masa lalu. dan di masa sekarang dan masa depan, yang ada dalam hatinya adalah kamu. Bukan orang lain.
Menurut ku begitu. Aku juga mau menjadi bunga dadelion. dandelion tidak tumbuh sebagai bunga hias yang biasa berada dalam taman – taman kota yang menunjukan keindahannya kepada setiap orang, berbeda dengan dandelion yang hidup dan tumbuh di sekeliling ilalang yang jauh dari orang dan ilalang itu yang senantiasa menyembunyikannya dalam rerumputan , tetapi keindahannya tak akan pernah tertutupi sekalipun ilalang telah menjadi  bunga matahari.Dandelion tak akan mampu melawan angin yang akan terus berhembus menerbangkannya dan merubahnya menjadi suatu batang yang tegak. Tidak ada yang tau kemana angin akan membawa kelopak dandelion itu hanya kelopak dan anin yang tau kemana akan membawanya, tetapi suatu saat dandelion akan umbuh kembali seperti bunga yang cantik meskipun setiap kali angin akan menggugurkannya dan ilalang menyembunyikannya dalam senja. Bunga dandelion ini tumbuh di tempat yang ga terduga. Kemana angin ngebawa dia, itulah tempat dia tumbuh. Setelah tumbuh, tiba waktunya untuk mekar, ia merekahkan semua bunganya sehingga orang orang dapat melihat bahwa ia sedang berbunga bunga. Saat masa hidupnya selesai ia pun dapat menerbangkan semua bunganya, terasa begitu indah dan menenangkan. Membawa suasana nyaman bagi semua orang disekitarnya.
Setiap hembusan angin dapat menerbangkan semuanya perlahan, semuanya tetap terlihat menarik dan mempesona walaupun si bunga pergi satu persatu. Dan dandelion pun tak berbunga lagi. Ia menunggu, untuk dapat merekah lagi, ataupun mati.
Aku pengen hidup seperti dandelion, menghargai setiap waktu yang singkat dengan mengikuti arah angin yang akan ngebawa aku kemanapun tanpa satu orang pun tau keberadaan ku dimana. Sampai suatu saat aku mungkin bakal mencapai satu titik keterpurukan dalam diri ku, tapi aku tak akan pernah menyerah sampai aku nemuin yang dapat menjadi penompang aku untuk berdiri tegak seperti dandelion, sampai angon yang akan membawa aku pergi ntah kemana arahnya. Aku pengen selalu bisa menghargai hidup setiap hari, setiap malam, dan yang paling aku pengen cuman kebahagiaan dan berada di sekeliling orang yang membuat nyaman dan senang. Seperti dandelion dan ilalang yang saling melengkapi.
“ hidup seperti ilalang selalu kuat berdiri tegak sekeras apapun angin bertiup tumbuh liar dan bebas dan sekeras apapun angin menerka ia tetap bangkit dan tegak lagi itu sungguh susah. Aku tak butuh setangkai mawar untuk merasa dihargai, setangkai dandelion saja sudah cukup. Meski begitu sederhana, ia selalu setia di antara ilalang. Ia mampu mengampuni dirinya dan menerima jati diriya, karena itulah yang membuat dia kuat. Ilalang dan dandelion itu berbeda. Keduanya berbeda dan lebih sederhana dari yang lainnya. Karena mereka istimewa.” Gumam ku sembari tersenyum tipis
“ aku sebagai remaja sma usia 17 tahun, tidak sepatutnya berlama-lama dan betah dalam kesedihan.” Gumam ku kembali sembari menutup diary ku setahun yang lalu. “ sekarang sudah saatnya untuk memulai yang baru.”

ten-ten-ten, bunyi klakson mobil di seberang jalan. Aku berlari sambil tersenyum, kekasih hati ku telah datang masih dengan orang yang sama ketika aku SMA. Good bye, masa lalu. Hello masa depan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar